Selasa, 02 April 2013

Terapi Humanistik Eksistensial

Terapi Humanistik Eksistensial

Psikologi Eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama psikologi Humanistik atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang diawali dari Sorean Kierkigard tentang eksistensi manusia. Sebelum psikologi modern membuka dirinya pada pemikiran (school of thought) berbasis emosi dan spiritual yang transenden, psikologi terlebih dahulu dipengaruhi oleh ide-ide humanistik. Psikologi humanistik berpusat pada diri, holistik, terobsesi pada aktualisasi diri, serta mengajarkan optimisme mengenai kekuatan manusia untuk mengubah diri mereka sendiri dan masyarakat. Terdapat gerakkan eksistensialisme pada abad 19 yang dikemukakan oleh seorang filsuf bernama Søren Kierkegaard. Dalil utama dari eksistensialisme adalah keberadaan (existence) individual manusia yang dialami secara subjektif
Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Dengan istilah in hendak dikatakan oleh para eksistensialis bahwa eksistensi manusia seharusnya dipahami bukan sebagai kumpulan substansi-substansi, mekanisme-mekanisme, atau pola-pola statis, melainkan sebagai “gerak” atau “menjadi”, sebagai sesuatu yang “mengada”.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang bersaha memahami kondisi manusia sebagaimana memanifestasikan dirinya di dalam situasi-situasi kongkret. Kondisi manusia yang dimaksud bukanlah hanya berupa ciri-ciri fisiknya (misalnya tubuh dan tempat tinggalnya), tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu (misalnya perasaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan lainnya). Manusia eksistensial lebih sekedar manusia alam (suatu organisme/alam, objek) seperti pandangan behaviorisme, akan tetapi manusia sebagai “subjek” serta manusia dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan individu dan dunianya. Manusia tidak dapat dipisahkan sebagai manusia individu yang hidup sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dengan lingkungan dan habitatnya secara keseluruhan. Manusia (individu) tidak mempunyai eksistensi yang dipisahkan dari dunianya dan dunia tidak mungkin ada tanpa ada individu yang memaknakannya. Individu dan dunia saling menciptakan atau mengkonstitusikan (co-constitute). Dikatakan saling menciptakan (co-constitutionality), karena musia dengan dunianya memang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Tidak ada dunia tanpa ada individu, dan tidak ada individu tanpa ada dunia. Individu selalu kontekstual, oleh karena sebab itu tidak mungkin bisa memahami manusia tanpa memahami dunia tempat eksistensi manusia, melalui dunianyalah maka makna eksistensi tampak bagi dirinya dan orang lain. Sebaliknya individu memberi makna pada dunianya, tanpa diberi makna oleh individu maka dunia tidak ada sebagai dunia.
Psikologi eksistensial adalah ilmu pengetahuan empiris tentang eksistensi manusia yang menggunakan metode analisis fenomenologis. psikologi eksistensial bertentangan dengan pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu pengetahuan alam dalam psikologi.
Asal Muasal Psikologi Eksistensial dalam Psikologi
Tokoh psikologi eksistensial yang terkenal adalah Ludwig Binswanger (1881) dan Medard Boss (1903). Psikologi eksistensial menolak konsep tentang kausalitas, dualisme antara jiwa dan badan, serta pemisahan orang dari lingkungannya.
Ludwig Binswager lahir pada tanggal 13 april 1881, di Kreuzlingen, Swiss di tengah keluarga yang memiliki tradisi kedokteran dan psikiatrik kuat. Kakeknya, yang namanya kecilnya juga Ludwig adalah pendiri Belleuve Sanatorium di Kruezlingen pada tahun 1857. ayahnya Robert adalah direktur Sanatorium tersebut. Pada tahun 1911, Binswanger diangkat menjadi direktur medis Belleuve sanatorium.
Ludwig meraih gelar sarjana kedokteran dari University of Zurich tahun1907. Dia belajar dibawah bimbingan Carl Jung dan menjadi asistennya dalam Freudian society. Seperti halnya Jung, dia juga lebih terpengaruh Eugen Bleuleur, seorang psikiatri Swiss terkemuka. Dia adalah salah seorang pengikut pertama Freud di Swiss. Pada awal 1920-an, Binswanger menjadi salah pelopor pertama dalam menerapkan fenomenologi dalam psikiatri. Sepuluh tahun kemudian dia menjadi seorang analisis eksistensial. Binswanger mendefinisikan analisis eksistensial sebagai analisis fenomenologis tentang eksistensi manusia yang actual. Tujuannya adalah rekonstruksi dunia pengalaman batin.
Binswanger adalah terapis pertama yang menekankan sifat dasar eksistensial dari tipe krisis yang dialami pasien dalam pengalaman terapi. Binswanger pada dasarnya berjuang untuk menemukan arti dalam penyakit gila dengan mnerjemahkan pengalaman para pasien kedalam teori psikoanalisis. Setelah membaca pendekatan filsafat Heidegger “Being in time” (1962), Binswanger menjadi lebih eksistensial dan fenomenologis dalam pendekatannya kepada para pasien. Pada tahun 1956, Binswanger berhenti menjadi direktur Sanatorium setelah menduduki posisi tersebut selama 45 tahun. Dia terus melakukan studi dan menulis sampai meninggal pada tahun 1966.
Sedangkan Medard Boss lahir di St. Gallen, Swiss pada tanggal 4 oktober 1903. kemudian menghabiskan masa mudanya di Zurich pusat aktivitas psikologi saat itu. Dia menerima gelar kedokteran university of Zurich pada tahun 1928. kemudian melanjutkan studi ke Paris dan Wina serta membiarkan dirinya dianalisis oleh S.Freud. Mulai tahun 1928, dia bergabung dengan Carl Jung yang menunjukkan pada Boss kemungkinan lepasnya psikoloanalisis dari interpretasi Freudian.
Dalam masa-masa itu, Boss membaca karya-karya Ludwig Binswanger dan Martin Heidegger. Pertemuannya dengan Heidegger pada tahun 1964 yang kemudian berlanjut dengan persahabatannyalah yang membawanya kepada psikologi eksistensial. Pengaruh dalam eksistensial sangat besar sehingga sering disejajarkan dengan Binswanger.
Konsep dasar filsafat eksistensialistik sebagai kelompok ketiga menurut Blocher adalah kerinduan manusia untuk mencari sesuatu yang penting, sesuatu yang bermakna dalam dirinya. Sesuatu yang paling bermakna di dalam diri seseorang adalah eksistensi dirinya. Perhatian yang lebih besar terhadap pribadi, terhadap manusia daripada terhadap system yang formal. Konsep identitas menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan dalam kehidupan manusia. Mengenai ini, Beck (1963) menyusun beberapa paham dasar sebagai konsep dasar falsafahnya yang diambil sebagian besar dari filsafat eksistensialisme, sebagai berikut:
  • Setiap pribadi bertanggungjawab terhadap perbuatan-perbuatannnya sendiri. 
  • Orang harus menganggap orang lain sebagai obyek dari nilai-nilai sebagai bagian dari perhatiannya. 
  • Manusia berada dalam dunia realitas. 
  • Kehidupan yang bermakna harus terhindar sejauh mungkin dari ancaman, baik fisik maupun psikis. 
  • Setiap orang memiliki latar belakang keturunannya sendiri dan memperoleh pengalaman-pengalaman unik. 
  • Orang bertindak atas dasar pandangan terhadap realitasnya sendiri yang subyektif, tidak karena realitas yang obyektif di luar dirinya. 
  • Manusia tidak bisa digolongkan sebagai baik atau jahat dari asalnya (by nature). 
  • Manusia berreaksi sebagai kesatuan organisasi terhadap setiap situasi (Gunarsa, 1996:9-13).
Prinsip Eksitensi dalam Psikologi
Psikologi eksistensial tidak mengkonsepsikan perilaku sebagai akibat dari perangsangan dari luar dan kondisi-kondisi badaniah dalam manusia. Seorang individu bukanlah mangsa lingkungan dan juga bukanlah makhluk yang terdiri dari insting-insting, kebutuhan-kebutuhan, dan dorongan-dorongan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan hanya ia sendiri yang bertanggungjawab terhadap eksistensinya. Manusia dapat mengatasi baik lingkungan maupun badan fisiknya apabila ia memang memilih begitu. Apa saja yang dilakukannya adalah pilihannya sendiri. Orang sendirilah yang menentukan akan menjadi apa dia dan apa yang akan dilakukannya.
Lalu apakah pengaruh eksistensialisme terhadap psikologi? Psikologi eksistensial ini menjabarkan psikologi yang dilandaskan pada fakta primordial dari dunia pribadi yang bermakna yang menjadi sasaran dari segenap aktivitas. Salah satu dalil dasar yang mendasari psikologi eksistensial adalah setiap manusia unik dalam kehidupan batinnya, dalam mempersepsi dan mengevaluasi dunia, dan dalam bereaksi terhadap dunia. Perhatiannya adalah pada kesadaran, perasaan-perasaan, suasana-suasana perasaan, dan pengalaman-pengalaman pribadi individual yang berkaitan dengan keberadaan individualnya dalam dunia dan di antara sesamanya. Intinya dari perspektif ini adalah melihat manusia secara keseluruhan sebagai subjek.
Sebagaimana tercermin dalam tulisan Binswanger dan Boss, psikologi eksistensial bertentangan dengan pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu pengetahuan alam dalam psikologi. Tidak ada hubungan sebab akibat dalam eksistensial manusia, hanya ada rangkaian urutan tingkah laku tetapi tidak bisa menurunkan kausalitas dari rangkaian tersebut. Sesuatu yang terjadi pada seorang anak-anak bukan penyebab dari tingkah lakunya kemudian sebagai seorang dewasa. Peristiwa yang terjadi mungkin memiliki makna eksistensi yang sama akan tetapi tidak berarti peristiwa A menyebabkan peristiwa B. Psikologi eksistensial mengganti konsep kausalitas dengan konsep motivasi.
Untuk menjelaskan perbedaan antara sebab dan motif, Boss mencontohkan dengan jendela yang tertutup oleh angin dan manusia. Angin menyebabkan jendela tertutup, tetapi manusia termotif untuk menutup jendela karena ia tahu bahwa jika jendela terbuka maka air hujan akan masuk. Karena prinsip kausalitas kurang relevan dengan tingkah laku manusia dan sebaliknya motivasi dan pemahaman merupakan prinsip-prinsip operatif dalam analisis eksistensial tingkah laku. (Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993)
Struktur Eksistensi
Ada-di-Dunia (Dasein)
Merupakan dasar fundamental dalam psikologi eksistensial. Seluruh struktur eksistensi manusia didasarkan pada konsep ini. Ada-di-dunia (Dasein) adalah keseluruhan eksistensi manusia, bukan merupakan milik atau sifat seseorang. Sifat dasar dari Dasein adalah keterbukaannya dalam menerima dan memberikan respon terhadap apa yang ada dalam kehadirannya. Manusia tidak memiliki eksistensi terlepas dari dunia dan dunia tidak memiliki eksistensi terlepas dari manusia. Dunia dimana manusia memiliki eksistensi meliputi 3 wilayah, yaitu:
Umweit (dunia biologis, “lingkungan”)
Dunia objek disekitar kita, dunia natural. Yang termasuk dalam umwelt diantaranya kebutuhan-kebutuhan biologis, dorongan-dorongan, naluri-naluri, yakni dunia yang akan terus ada, tempat dimana kita harus menyesuaikan diri. Akan tetapi umwelt tidak diartikan sebagai “dorongan-dorongan” semata melainkan dihubungkan dengan kesadaran-diri manusia.
Mitweit (“dunia bersama”)
Dunia perhubungan antar manusia dengan manusia yang lain. Didalamnya terdapat perhubungan antar berupa interaksi manusiawi yang mengandung makna. Dalam perhubungan tersebut terdapat perasaan-perasaan seperti cinta dan benci yang tidak pernah bisa dipahami hanya sebagai sesuatu yang bersifat biologis semata.
Eigenwelt (“dunia milik sendiri”)
Adalah kesadaran diri, perhubungan diri dan secara khas hadir dalam diri manusia.
Ada-melampaui-Dunia (kemungkinan-kemungkinan dalam manusia)
Analisis eksistensial mendekati eksistensi manusia dengan tidak memakai pandangan lain selain bahwa manusia ada di dunia, memiliki dunia, ingin melampaui dunia. Akan tetapi, Binswanger tidak mengartikan ada-melampaui-dunia sebagai dunia lain melainkan mau mengungkapkan begitu banyak kemungkinan yang dimiliki manusia untuk mengatasi dunia yang disinggahinya dan memasuki dunia baru. Istilah melampaui/mengatasi dunianya dikenal juga dengan transendensi yang merupakan karakteristik khas dari eksistensi manusia serta merupakan landasan bagi kebebasan manusia.
Karena hanya dengan mengaktualisasikan kemungkinan-kemungkinan tersebut ia dapat menjalani kehidupan yang otentik, apabila ia menyangkal atau membatasi kemungkinan-kemungkianan yang penuh dari eksistensinya atau membiarkan dirinya dikuasai oleh orang-oarang lain atau oleh lingkungannya, maka manusia itu hidup dalam suatu eksistensi yang tidak otentik. Manusia bebas memilih salah satu dari keduanya.
Kekurangan dan kelebihan terapi
Salah satu konsep eksistensial yang paling ditentang oleh kalangan psikologi “ilmiah” ialah kebebasan individu untuk menjadi menurut apa yang diinginkannya. Jika benar, maka konsep ini sudah pasti meruntuhkan validitas psikologi yang berpangkal pada konsepsi tentang tingkah laku yang sangat deterministic. Karena jika manusia benar-benar bebas menentukan eksistensinya, maka seluruh prediksi dan control akan menjadi mustahil dan nilai eksperimen menjadi sangat terbatas. (Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993) . Humanistik eksistensial membuat seseorang merefleksikan hidupnya sehingga orang tersebut mengenali banyaknya pilihan dan dapat menentukan pilihannya sendiri sehingga seseorang akan bertanggung jawab untuk tiap pilihan dan tindakan mereka. 

Sumber :
-      Abidin, Zaenal. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta: PT Raja Grafindo.
-      Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
-      Poduska, Bernard. 2000. 4 Teori Kepribadian. Jakarta: Restu Agung.
-      Sabri, M. Alisuf. 2001. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

*Person Centered Therapy*

Person Centered Therapy

Pengertian

Penggagas pendekatan client centered pertama adalah Carl Rogers. pendekatan ini sebagai reaksi dari pendekatan psikoanalisis. pendekatan client centeref merupakan cabang dari paham humanistik. Client-centered theraphy (CCT) dikenal juga dengan person centered therapy. Prinsip dasar dari terapi ini adalah penekanan pada penggunaan prinsip nondirective. Tujuan dari terapi nondirective dapat dicapai oleh klien bukan dari penjelasan mengenai masa lalu yang akan ditolak klien untuk diinterprestasi dan diterima akan mengurangi penerimaan terhadap penyesuaian pada masa kini tapi alih-alih melalui pengalaman yang dialami pada masa sekarang.
menurut Rogers, terdapat dua inti yang harus dipenuhi, yaitu congruence dan unconditional positive regard. Congruence merujuk pada bagaimana terapis dapat mengasimilasikan dan menggiring pengalaman agar klien sadar dan memaknai pengalaman tersebut. Sementara itu, unconditional positive regard adalah bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya, di mana terapis membiarkan dan menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan dan lakukan tanpa menghakimi dan menerima klien baik maupun buruk.

Peranan konselor dalam terapi client centered
- Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan konseling tetapi dilakukan sendiri oleh klien.
- Arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
- Konselor menerima klien dengan sepenuhnya dalam keadaan apa adanya.

Tujuan

Tujuan dari terapi adalah untuk merubah kondisi psikologis individu menjadi pribadi yang positif.

person-Centered Therapy dari Multikultural perspektif

Kekuatan Dari Perspektif Keragaman
Salah satu kekuatan dari person-centered approach adalah dampaknya pada bidang hubungan manusia dengan kelompok budaya yang beragam.
penekanan pada kondisi inti membuat person-centered approach  berguna dalam memahami beragam pandangan dunia. . Filosofi yang mendasari person-Centered Therapy  didasarkan pada pentingnya mendengar pesan yang lebih dalam clientnya. Empati, kehadiran, dan menghormati nilai-nilai klien adalah sikap penting dan keterampilan dalam konseling klien pada budaya yang beragam.
Kekurangan Dari Perspektif Keragaman
Kelemahan pertama dalah klien masih merasa belum puas dengan teori pendekatan ini, dan meminta cara-cara yang lebih dari para profesional untuk dapat mempermudah mereka dalam menghadapi masalah yang mereka hadapi.
Kelemahan kedua dari pendekatan yang berpusat pada orang adalah bahwa sulit untuk menerjemahkan kondisi terapi inti ke dalam praktek yang sebenarnya dalam budaya tertentu.
Kelemahan ketiga dalam menerapkan pendekatan berpusat pada orang dengan klien dari beragam budaya berkaitan dengan fakta bahwa pendekatan ini menilai suatu fokus internal evaluasi.

Ringkasan dan Evaluasi
Person-centered therapy didasarkan pada filsafat alam manusia yang mendalilkan sebuah perkembangan untuk aktualisasi diri. Selanjutnya, pandangan Rogers dari sifat manusia adalah fenomenologis, yaitu, kita menyusun diri menurut persepsi kita tentang realitas. Kita termotivasi untuk mengaktualisasikan diri kita dalam kenyataan bahwa kita juga merasakan.
Teori Rogers bertumpu pada asumsi bahwa klien dapat memahami faktor-faktor dalam kehidupan mereka yang menyebabkan mereka menjadi tidak bahagia.
Kontribusi person-centerd therapy
Pendekatan humanistik untuk psikoterapi adalah sebagai  terapi efektif atau lebih besar dari teori pendekatan yang  efektif lainnya.
Inovasi dalam person-Centered teori
Salah satu kekuatan dari person-centerd approach adalah “pengembangan metode inovatif dan canggih untuk bekerja dengan berbagai pekerjaan yang semakin sulit,beragam, dan kompleks dari  individu, pasangan, keluarga, dan kelompok” (Kain, 2002b, hal. xxii).
Inovator Kontribusi

Natalie Rogers (1993, 1995) Melakukan lokakarya dan mengajarkan orang yang berpusat pada terapi ekspresif seni.

Virginia Axline (1964, 1969) Dibuat kontribusi yang signifikan untuk klien yang berpusat pada terapi dengan anak-anak dan terapi bermain.
Eugene Gendlin (1996) Dikembangkan teknik pengalaman, seperti fokus, sebagai cara untuk meningkatkan klien alami.
Laura Beras (Rice & Greenberg, 1984) Diajarkan terapis untuk lebih menggugah dalam menciptakan kembali pengalaman penting yang selalu menyulitkan klien.
Peggy NatielLo (2001) Bekerja daya kolaboratif dan isu gender.
Seni Combs (7988, 7,989, 1999) Dikembangkan psikologi persepsi.
Leslie Greenberg  dan collsagues (Greenberg, Korman, & Paivio, 2002; Greenberg, Padi, & Elliot, 1993), Berfokus pada pentingnya facilifating perubahan emosional dalam terapi dan maju orang yang berpusat pada teori dan metode.
David Rennie (2998) Diperoleh sekilas di kerja dalam proses terapeutik.
Seni Bohart (2003; Bohart &
Greenberg, 1997; Bohart &Tallinan, 1999) Contributed untuk pemahaman yang lebih dalam empati dalam praktek terapi.
Jeanne Watson (2002) Menunjukkan bahwa ketika empati ini beroperasi di, kognitif afektif, interpersonal tingkat nd itu adalah salah satu alat terapis yang paling kuat.
Dave dan Brian Mearns Thorne (1999,2000) Contributed untuk memahami batas baru dalam teori dan praktek dari pendekatan yang berpusat pada orang dan telah angka semut signific di teiching dan mengawasi di Inggris.

 C. H. Patterson (2995)
. Menunjukkan bahwa klien yang berpusat terapi adalah sistem universal psikoterapi.
Mark Hubble, Barry Duncan, dan Scott Miller (7999) Menunjukkan bahwa hubungan terpusat pada klien adalah penting untuk semua pendekatan terapeutik.

Kelebihan pendekatan Person-Centered
1.      Pemusatan pada klien dan bukan pada terapist
2.      Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.      Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
4.      Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5.      Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi
6.      Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
7.      Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya
8.      Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi
    Kekurangan Pekdekatan Person Centered
1.      Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana
2.      Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
3.      Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai individu.
4.      Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
5.      Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6.      Teapi  menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup
7.      Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah
8.      Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya

Daftar Pustaka

Alwilsol(2008). Psikologi Kepribadian. UMM Press. Malang
Suryabrata, Sumadi (2008). Psikologi Kepribadian. Rajawali Pers. Jakarta.

Terapi Psikoanalisis


Pengertian Terapi Psikoanalisis
Adalah teknik atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Didalam terapi psikoanalisis ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis. Karena focus utama dalam proses terapi ini adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien.
Beberapa alasan mengapa tujuan utama dari terapi ini adalah penyadaran individu, yakni :
1.      Bila individu menyadari konflik intrapsikisnya atau permasalahan yang ada dalam dirinya, maka individu tidak perlu lagi banyak mengeluarkan energi psikisnya melakukan defence mechanism.
2.      Penyadaran memungkinkan untuk membentuk kembali struktur kepribadian yang selama ini terpisah, maksudnya adalah adanya konfilk antara id, ego, superego yang selama ini tidak berjalan dengan baik. Proses penyadaran dalam terapi ini mengajak individu untuk mengenali kembali dan menerima bagian-bagian diri yang selama ini ditolak, diserang, dan diproyeksikan terhadap orang lain. Setelah itu semua disadari, kemungkinan secara bertahap bagian-bagian dari kepribadian individu akan kembali kokoh.
3.      Penyadaran juga memulihkan kembali hubungan antara dunia internal dan realita eksternal, sehingga individu dapat memandang dunia secara nyata.

Konsep-konsep terapi Psikoanalisis
Anxiety/Kecemasan
·         Anxiety realita
Adalah rasa takut akan bahaya dari dunia luar dimana individu tidak dapat menerima kenyataan.
·         Anxiety neurotic
Adalah rasa takut yang muncul ketika insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang nantinya akan mendapat hukuman
·         Anxiety moral
Adalah rasa takut yang muncul pada orang-orang yang memilki superego yang tinggi, orang-orang dengan perkembangan moral yang baik akan merasa berdosa ketika merka melakukan suatu hal yang bertentangan dengaan nilai moral.


Defence Mekanism
Suatu bentuk perilaku atau cara yang dilakukan individu dalam mengalihkan dan mengurangi ancaman atau kecemasannya dengan cara tertentu.
System kerja defence mekanisme tergantung pada tingkat perkembangan dan derajat kecemasan yang dialami individu
Ego defence mekanisme mempunyai 2 karakteristik :
1.      Sifatnya menolak realita atau memputarbalikan realita
2.      Beroperasi pada alam bawah sadar
Defence mekanisme bukanlah sebuah  patologis atau gangguan, melainkan sebuah perilaku normal yang dapat digunakan individu untuk mengurangi kecemasan yang dialami, namun apabila ego defence mekanisme terlalu sering dilakukan maka akan mengalami gangguan.
Macam-macam bentuk Defence Mekanisme
1.      Proyeksi : merupakan suatu perbuatan untuk mengurangi kecemasan/ frustasi dengan cara melampiaskan keluar sentimen-sentimen dan dorongan-dorongan keluar dalam dirinya.
2.      Represi : merupakan suatu perbuatan untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan cara menekan kembali keinginannya.
3.      Regresi : merupakan suatu mekanisme dengan kembali ke masa-masa perkembangan yang telah dilewati sebelumnya, ketika seseorang menghadapi kesulitan/ kecemasan perilaku yang muncul adalah kekanak-kanakan atau mundur seperti masa lalu saat mengalami kenyamanan.
4.      Rasionalisasi : merupakan mekanisme pertahanan diri  untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan cara memberikan alasan-alasan yang bersifat rasional , atau mencoba memaafkan diri sendiri dan kesalahan.
5.      Reaksi formasi : perbuatan untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan melakukan perbuatan sebaliknya atau berlawanan dengan kondisi saat mengalami stress/dalam masalah, misalnya perasaan benci diganti dengan perasaan cinta.
6.      Sublimasi : adalah perbuatan untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan cara melakukan perbuatan yang bersifat positif ataupun melakukan perbuatan sosial.
7.      Displacement : merupakan perbuatan untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan mengalihkan ke perbuatan negatif.
Pandangan tentang sifat manusia
·         pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic (tidak mampu memahami dan mengontrol), kepribadian terbentuk pada pengalaman masa lalu dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Kesadaran & ketidaksadaran
·         konsep ketidaksadaran
Ø  mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat  konflik
Ø  salah ucap / lupa → terhadap nama yang dikenal
Ø  sugesti pascahipnotik
Ø  informasi yg berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
Ø  informasi yg berasal dari teknik proyektif

Struktur Kepribadian
·         Id
Id (berkembang sejak lahir hingga usia dua tahun) merupakan lapisan psikis yang paling dasar di mana cinta dan kematian berkuasa. Id bersifat primitif, tidak terkendali, dan emosional: “sebuah dunia yang tidak logis”. Naluri bawaan seperti seks, agresif, dan keinginan-keinginan yang direpresi berada di sini. Prinsip kesenangan mendominasi bagian ini sedangkan ruang, waktu, beserta logika yang berkenaan dengan hukum kontradiksi tidak berlaku. Dalam Id energi dipergunakan untuk memuaskan naluri melalui tindakan refleksi dan pemuasan keinginan segera. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)
Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.

·         Ego
Ego (berkembang sejak berusia dua tahun) beraktivitas di semua lapisan; bersifat sadar manakala melakukan aktivitas sadar seperti persepsi lahiriah, persepsi batiniah, dan proses-proses intelektual; berlaku prasadar saat melakukan fungsi ingatan; dan aktivitas tak sadar Ego dijalankan dengan mekanisme pertahanan (defence mechanisms). Mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan cara sublimasi (misalnya mengatasi stres dengan melukis atau olah raga), represi, regresi, fiksasi, identifikasi, proyeksi, penolakan, dan pengalihan (displacement). Mempertahankan keutuhan kepribadian dan adaptasi dengan lingkungan melalui prinsip realitas adalah peran utama Ego. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)

·         Superego
Superego (berkembang saat berusia tiga tahun dan dipengaruhi orang tua) dibentuk melalui internalisasi larangan atau perintah yang berasal dari luar hingga menjadi sesuatu yang menjadi milik subjek sendiri. Aktivitas Superego sebagai dasar hati nurani saat menyatakan diri dalam konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi seperti rasa bersalah, menyesal, dan sebagainya. Termasuk di sini observasi diri, kritik diri inhibisi. Jika Superego mempertimbangkan orang lain, maka Id dan Ego bersifat egois. Konsekuensi teori ini terhadap psikoanalisis adalah konflik tidak lagi dianalisis sebagai pertentangan antarnaluri, melainkan pertahanan Ego terhadap dorongan naluriah. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)

 PROSES TERAPEUTIK
Tujuan terapi Psikoanalisis
·         Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien
·         Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa kanak-kanak

Fungsi & peran Terapis
·         Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan & pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada teapis / analis
·         Peran terapis
Ø  Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
Ø  Membangun hububungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
Ø  Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
Ø  Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan & pertentangan-pertentangan pada cerita klien

Pengalaman klien dalam terapi
·         Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yang intensif & berjangka panjang
·         Mengembangkan hubungan dengan analis / terapis
·         Mengalami krisis treatment
·         Memperoleh pemahaman atas masa lampau klien yang tak disadari
·         Mengembangkan resistensi-resistensi untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri
·         Mengembangkan suatu hubungan transferensi yang tersingkap
·         Memperdalam terapi
·         Menangani resistensi-resistensi & masalah yang terungkap
·         Mengakhiri terapi

Hubungan terapis & klien
·         Hubungan dikonseptualkan dalam proses tranferensi yang menjadi inti Terapi Psikoanalisis
·         Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pada terapis “ urusan yang belum selesai” yang terdapat dalam hubungan klien dimasa lalu dengan orang yang berpengaruh
·         Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik-konflik seperti percaya lawan tak percaya, cinta lawan benci
·         Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yang menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendamnya
·         Jika analis mengembangkan pandangan yang tidak selaras yang berasal dari konflik-konflik sendiri, maka akan terjadi kontra transferensi
Ø  Bentuk kontratransferensi
→ perasaan tidak suka / keterikatan & keterlibatan yang berlebihan
Ø  Kontratransferensi dapat mengganggu kemajuan terapi

Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis
Kelebihan
·        Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
·        Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
·        Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.

Kekurangan
·         Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
·         Memakan banyak biaya bagi klien
·         Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
·         Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi