JAKARTA - Hujan es beberapa kali muncul di sejumlah daerah belakangan ini. Kemunculan hujan es yang jarang ini memiliki sifat yang sulit diprediksi pada musim pancaroba.
Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMG Ahmad Zakir menjelaskan, secara teori, hujan es hanya terjadi pada awan yang bergumpal-gumpal dan berwarna hitam pada siang dan sore hari.
"Atau biasa disebut awan cumulusnimbus," jelas dia dalam rilis yang diterima okezone, Minggu (6/4/2008).
Awan tersebut terjadi jika pada pagi hari terasa panas, dan tumbuh akibat adanya konveksi yang sangat kuat.
"Konveksi yang kuat ini menyebabkan pergerakan uap air melewati udara dingin di atasnya dan membentuk awan CB (cumulonimbus)," tambah dia.
Di dalam awal CB itu tumbuh kristal es yang lama kelamaan menjadi lebih besar. Pembentukan kristal ini terjadi karena udara di dalam awan lebih dingin dari udara di sekitarnya. "Sehingga pembentukan kristal semakin mudah dan akhirnya jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan es," terang Zakir.
Suatu daerah yang sudah dilanda hujan es, menurut dia, tidak mungkin mengalami kejadian serupa kedua kalinya.
"Karena secara statistik atau klimatologi hujan tidak mempunyai periode ulang yang pasti, periodenya acak, dan pertumbuhan awan CB yang berpoptensi kristal masih tergantung pada proses mikrofisis dalam awan itu sendiri," paparnya.
Gejala umum yang mungkin dapat dipantau sebelum terjadinya hujan es antara lain: potensi lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, meski bisa terjadi pada malam hari.
Selain itu, satu hari sebelumnya pada malam hingga pagi hari udara terasa panas. "Menjelang siang hari, ada pertumbuhan awan yang berlapis-lapis dan berwarna abu-abu, namun di sekitarnya cerah," jelasnya.
Setelah cukup matang, lanjut Zakir, awan tersebut akan menghembuskan udara dingin, yang berbarengan dengan hujan es.
Namun begitu, hujan es tidak menimbulkan kerusakan yang dahsyat, namun dapat membuat sakit pada wajah jika tengah mengendarai roda dua.
"Juga membuat suara keras pada atap rumah maupun kaca mobil," pungkas Ahmad Zakir.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, hujan es antara lain melanda Bekasi dan Bandung.
Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMG Ahmad Zakir menjelaskan, secara teori, hujan es hanya terjadi pada awan yang bergumpal-gumpal dan berwarna hitam pada siang dan sore hari.
"Atau biasa disebut awan cumulusnimbus," jelas dia dalam rilis yang diterima okezone, Minggu (6/4/2008).
Awan tersebut terjadi jika pada pagi hari terasa panas, dan tumbuh akibat adanya konveksi yang sangat kuat.
"Konveksi yang kuat ini menyebabkan pergerakan uap air melewati udara dingin di atasnya dan membentuk awan CB (cumulonimbus)," tambah dia.
Di dalam awal CB itu tumbuh kristal es yang lama kelamaan menjadi lebih besar. Pembentukan kristal ini terjadi karena udara di dalam awan lebih dingin dari udara di sekitarnya. "Sehingga pembentukan kristal semakin mudah dan akhirnya jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan es," terang Zakir.
Suatu daerah yang sudah dilanda hujan es, menurut dia, tidak mungkin mengalami kejadian serupa kedua kalinya.
"Karena secara statistik atau klimatologi hujan tidak mempunyai periode ulang yang pasti, periodenya acak, dan pertumbuhan awan CB yang berpoptensi kristal masih tergantung pada proses mikrofisis dalam awan itu sendiri," paparnya.
Gejala umum yang mungkin dapat dipantau sebelum terjadinya hujan es antara lain: potensi lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, meski bisa terjadi pada malam hari.
Selain itu, satu hari sebelumnya pada malam hingga pagi hari udara terasa panas. "Menjelang siang hari, ada pertumbuhan awan yang berlapis-lapis dan berwarna abu-abu, namun di sekitarnya cerah," jelasnya.
Setelah cukup matang, lanjut Zakir, awan tersebut akan menghembuskan udara dingin, yang berbarengan dengan hujan es.
Namun begitu, hujan es tidak menimbulkan kerusakan yang dahsyat, namun dapat membuat sakit pada wajah jika tengah mengendarai roda dua.
"Juga membuat suara keras pada atap rumah maupun kaca mobil," pungkas Ahmad Zakir.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, hujan es antara lain melanda Bekasi dan Bandung.
Referensi : website à http://news.okezone.com/read/2008/04/06/1/97943/kenali-gejala-hujan-es
Tidak ada komentar:
Posting Komentar