Sistem informasi dapat didefinisikan
dengan menggunakan dua perspektif, yaitu dari perspektif struktur dan
fungsinya. Berdasarkan fungsinya, sistem informasi dijabarkan sebagai
implementasi pemanfaatan media teknologi untuk tujuan perekaman,
penyimpanan, dan penyebaran ekspresi berbahasa, serta untuk membantu
proses penarikan kesimpulan. Sedangkan berdasarkan perspektif
strukturalnya, sebuah sistem informasi terdiri dari sekelompok orang,
proses, data, model, teknologi, perintah bahasa, yang kemudian membentuk
struktur yang kohesif untuk membantu dalam pencapaian tujuan dan fungsi
dari suatu organisasi. Pendefinisian berdasarkan struktural ini
memberikan gambaran yang jelas bahwa sistem informasi adalah sistem yang
bersifat sosio-teknis; yaitu sistem yang terdiri dari manusia, perilaku
manusia, serta konsep dan teknisnya (Fuad, 2011). Secara teknis, sistem
informasi adalah sistem terbuka yang menghasilkan informasi dengan
menggunakan siklus input, proses, dan output yang berfungsi untuk
membantu individu atau kelompok dalam aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengontrolan, dan pengambilan keputusan (Bima, 2005).
Sistem informasi merupakan ilmu yang
berbeda kawasannya dengan ilmu lain yang memerlukan penelitian, namun
juga bermanfaat dalam memberikan referensi terhadap kemajuan dalam
perkembangan disiplin ilmu-ilmu tersebut. Sistem informasi mampu
mengatasi masalah yang dianggap relevan oleh para sarjana dari berbagai
bidang ilmu dengan cara yang konsisten dan sesuai kaidah penelitian yang
mereka hadapi. Salah satu bidang pengetahuan yang memerlukan sistem
informasi adalah bidang ilmu psikologi (Kock, 2009). Psikologi yang
berasal dari kata Yunani “psyche” dan “logos” merupakan ilmu yang
mempelajari jiwa (Sarwono, 2009). Psikologi juga dapat dikatakan sebagai
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Metode keilmuan dalam
bidang psikologi menggunakan metode observasi, metode sistematik
objektif, metode survey, nomothetik idiografik, metode eksperimen
(Irwanto, Herman, Hadisoepadma, Priyani, Wismanto, dan Fernandes 1989).
Dalam pelaksanaan metode keilmuan, keberadaan sistem informasi terutama
yang berbasis komputer sangat membantu mempermudah pengolahan datanya.
Peranan komputer dalam pengelolaan informasi sudah tidak asing lagi
dalam berbagai bidang disiplin ilmu (Danie & Supratiwi, 2005). Alat
bantu skoring dan intepretasi tes EPPS dan Kraeplin yang dikembangkan
oleh seorang psikolog klinis, Dr. Ira Puspitawati, adalah salah satu
bentuk peranan sistem informasi berbasis komputer dalam mempermudah
metode psikodiagnostik (Puspitawati, 2005).
Dari uraian yang sudah disebutkan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi psikologi adalah implementasi
pemanfaatan media teknologi untuk tujuan mempermudah siklus input,
proses, dan output dalam pengolahan metode keilmuan psikologi.
Danie, D. R., Supratiwi, W. (2005). Sistem informasi manajemen. Jakarta: Universitas Terbuka.
Fuad, S. 2011. Definitions and components what is an information sistem. Retrieved 10 1, 2012 from http://uotechnology.edu.iq/sweit/Lectures/SarmadFuad-MIS/MIS_Lecture_3.pdf
Sarwono, S. W. (2009). Jakarta: Rajawali Press.
Irwanto, Elia, Hadisoepadma, Priyani, Wismanto & Fernandes. (1989). Psikologi umum. Jakarta: Gramedia.
Kock, N. (2009). Information system
theorizing based on evolutionary psychology: an interdiciplinary review
and theory integration framework. MIS Quarterly Vol. 33 No. 2 , 395-418.
Kurniawan, A. B. (n.d.). Staffsite. Retrieved 10 1, 2012, from Staffsite Universitas Gunadarma: http://staffsite.gunadarma.ac.id/bima/index.php?stateid=files.
Puspitawati, I. (2005) Staffsite. Retrieved 10 1, 2012, from Staffsite Universitas Gunadarma: http://staffsite.gunadarma.ac.id/iraps/